Saturday, December 07, 2013

How I know my god is Allah

Di suatu malam saat aku mencoba “menelan” semua isi buku BLKS, aku merasa bosan dan mengotakatik handphoneku. Kulihat ramai sekali salah satu group di whatsapp. Ketika ku lihat, aku temukan ini:





Pertanyaan ini menstimulus otakku mengingat orang yang paling special sekaligus motivator terbaik, my mom.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, intinya aku setuju dengan jawaban pada box cokelat di atas. Tapi sekalian curhat, beginilah penjabarannya…

Aku dikenalkan bahwa Allah sebagai tuhan sejak ibuku mengenalkan-Nya. Beliau selalu bicara kepadaku setelah selesai makan malam. Memang, meja makan adalah tempat yang paling asyik untuk berkumpul dengan keluarga dibandingkan berkumpul di ruang tv. Setiap kami selesai makan, pastilah yang tertinggal ibuku dan aku. Percakapan dimulai ketika salah satu dari kami curhat.

Setiap curhatan, siapa pun yang memulai, selalu diakhirnya ibuku memberi nasihat yang sangat bermakna dan setiap perbincangan itu secara tidak langsung mengarahkanku hingga ke posisi yang sekarang. Dimana posisiku sekarang? Aku berada di posisi yang jauh labih baik dari hari-hariku yang lalu. Sekarang aku dapat merasakan Allah berada dekat dengan kita, memantau kita, mendengarkan, bahkan melihat kita yang sedang membaca dan menulis. Sebenarnya lebih dari itu, tapi sulit untukku mengungkapkannya secara detail.

Dari sini aku juga berfikir mungkin itulah sebabnya Allah sebagai tuhan dan Nabi Muhammad saw memerintahkan kita untuk memuliakan ibu, karena beliau tidak hanya yang berjuang mengandung dan menghidupi kita, tapi juga sebagai seseorang yang mengenalkan kita kepada-Nya. Memang kita bisa belajar dari orang lain, tetapi untukku tidak ada orang yang sepenuhnya mengerti aku dan metode untuk menerangkan sesuatu lebih baik dari ibu.

Mungkin sejak pertama kali beliau mengenalkan Allah, dari sanalah aku mulai berfikir, membaca sekelilingku, mengingat kejadian-kejadian sebelumnya, dan mencari tahu apa maksud setiap perkataan beliau. Beliau mengenalkanku kepada-Nya melalui beberapa kisah nyata, analogy, ilmu dan pengalaman yang pernah diperolehnya, dan pemikirannya yang sering membuatku bangga kepadanya (haha).

Dari perbincangan itu pula aku baru tahu kalau beliau seorang muallaf.. dari sana, rasa cintaku kepada Allah semakin bertambah. Rasa syukurku luar biasa kepada-Nya. Dari cerita-cerita masa laluyang ibuku ceritakan, aku sungguh termotivasi dan bertambah imanku kepada-Nya. Sekarang aku mencoba untuk selalu menaati mereka (orang tua ku) karena selain aku yakin bahwa mereka selalu mencoba memberikan yang terbaik, ternyata sebagian besar keputusan mereka untuk anak-anaknya benar.

Sekarang aku merasakan betapa bersyukurnya mengikuti kemauan mereka agar aku kuliah di STEI ini. Allah memberikan aku setahun pertama pelajaran berharga yang belum pernah aku dapatkan dan mungkin tidak semua orang mendapatkannya dengan cara yang begitu indah seperti yang ku dapatkan disini. Kemudian, aku diberikan kakak-kakak tingkat yang luar biasa dan beberapa dari mereka ku anggap sebagai kakak ku sendiri (aku ingin punya kakaaaakkk). Bahkan kakak tingkat yang sudah lulus ada yang masih kontak dan kadang telpon seperti telpon dengan adiknya. Aku juga diberikan teman-teman yang luar biasa, selalu membuatku ingat kepada Allah.

Walaupun orang bilang swasta adalah tempat orang-orang terbuang, tapi disini merupakan tempat mutiara yang belum tergali. Tinggal menunggu sentuhan yang tepat, maka mutiara itu akan menjadi mutiara yang paling bersinar (wah, udah ngelantur kemana-mana nih).

Intinya simple, dari sini aku merasakan Allah sebagai tuhan secara bertahap dan sampai sekarang aku masih dalam proses mengenal Allah lebih baik. Awalnya secara tidak mungkin hanya sekedar ikut-ikutan tapi dengan pembinaan dan proses kehidupan, membuatku berfikir dan terus mencoba untuk mengenal Allah dengan baik. Dalam proses itu, aku sebagai manusia merasakan kehadiran Allah yang membuatku semakin merasa ketergantungan kepada-Nya, which is good….

Kira-kira sama seperti turunnya Al-Quran… berangsur-angsur… 
*sotoy

.....

No comments:

Post a Comment